Senin, 20 Maret 2017

Asas/Landasan Kurikulum




A.    Asas Pengembangan Kurikulum
Dikembangkannya kurikulum di sekolah memiliki tujuan pokok yakni bagaimana anak didik bisa belajar dengan baik. Oleh sebab itu dalam mengembangkan kurikulum harus mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan peserta didik secara langsung. Selain itu dalam mengembangkan kurikulkum juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain, karena sebagaimana disebutkan dalam undang-undang pendidikan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang pada akhirnya dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Artinya bahwa
sasaran yang ingin dicapai bukan hanya sebatas pada keberhasilan anak didik dalam berprestasi secara akademik, tetapi juga diharapkan berdampak positif bagi masyarakat sebagai bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa asas dalam mengembangkan kurikulum sebagai berikut:
1.      Asas Filosofis
Asas filosofis ini merupakan asas yang paling mendasar karena berkaitan dengan falsafah hidup suatu bangsa. Asas ini akan mengarahkan pada tujuan sebuah kurikulum yang tentunya harus sejalan dengan filsafat yang dianut oleh suatu negara. Perbedaan falsafah yang dianut oleh sebuah negara akan menyebabkan berbedanya muatan serta tujuan kurikulum yang diterapkan dalam melaksanakan pendidikan. [1]
Indonesia adalah negara demokrasai dengan pancasila sebagai falsafah hidupnya. Pancasila adalah dasar negara yang didalamnya disepakati telah memuat semua tata aturan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum pendidikan di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia. Asas filosofis ini sangat penting artinya karena berkaitan langsung dengan perumusan tujuan pendidikan, sehingga dalam merumuskan dan mengembangkan kurikulum harus benar-benar menjadi pertimbangan.
Asas filosofis ini juga menjadi sangat penting artinya dalam mengembangkan sebuah kurikulum, karena menyangkut tentang pemikiran-pemikiran mendalam untuk merumuskan bagaimana sebuah kurikulum itu dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran. Oleh sebab itu semua aspek yang ada hubungannya dengan pencapaian tujuan pendidikan harus difikirkan secara matang dan mendalam baik pada tahap pengembangan kurikulum pada level pengambilan kebijakan, maupun pada pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh sekolah pada tingkat satuan pendidikan.


2.      Asas Psikologis
Secara etimologi, psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.[2] Psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungan.[3]
Peserta didik merupakan individu yang sedang berada dalam proses perkembangan (fisik, intelektual, social emosional, moral, dan sebagainya). Tugas utama seorang guru sebagai pendidik adalah membantu untuk mengoptimalkan perkembangan peserta didiknya berdasarkan tugas–tugas perkembangannya. Dengan menerapkan landasan psikologi dalam proses pengembangan kurikulum diharapkan dapat diupayakan pendidikan yang dilaksanakan relevan dengan hakikat peserta didik, baik penyesuaian dari segi materi/bahan yang harus diberikan/dipelajari peserta didik, maupun dari segi penyampaian dan proses belajar serta penyesuaian dari unsur–unsur upaya pendidikan lainnya.
Pada dasarnya terdapat dua cabang ilmu psikologi yang berkaitan erat dalam proses pengembangan kurikulum, yaitu psikologi anak di dalamnya meliputi perkembangan anak, dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan, adalah ilmu yang mengkaji tentang perkembangan tingkah laku dan aktivitas mental manusia sepanjang rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi hingga meninggal dunia.[4] Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Karakteristik perilaku tiap individu pada tiap tingkat perkembangan merupakan kajian yang terdapat dalam cabang psikologi perkembangan. Oleh sebab  itu, dalam pengembangan kurikulum yang senantiasa berhubungan dengan program pendidikan untuk kepentingan peserta didik, maka landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam proses pengembangan kurikulum. Perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya diperoleh melalui proses belajar. Guru sebagai pendidik harus mengupayakan cara/metode yang lebih baik untuk melaksanakan proses pembelajaran guna mendapatkan hasil yang optimal, dalam hal ini proses pembelajaran mutlak diperlukan pemikiran yang mendalam dengan memperhatikan psikologi belajar.
3.      Asas Sosiologis
Jika dilihat hubungan antara Pendidikan dengan sosiologi, maka pendidikan adalah sebuah proses mempersiapkan peserta didik agar mampu hidup ditengah-tengah masyarakat dengan berbagai persoalan yang komplek. Oleh karena itu pertimbangan sosiologi merupakan dasar pemikiran yang sangat penting dalam mengembangkan kurikulum. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang pada saatnya nanti akan kembali ke tengah masyarakat. Apa saja yang diperoleh peserta didik dalam pendidikannya sangat bergantung dari bagaimana kurikulum yang digunakan.
Berkaitan dengan asas sosiologis dalam pengembangan kurikulum, para ahli telah banyak membahas mengenai Sosiologi kurikulum secara khusus. Michael F.D. Young pada awal tahun 1970-an mendefinisikan sosiologi kurikulum sebagai sebuah kerja intelektual untuk mengaktifkan prinsip-prinsip, seleksi dan pengorganisasian kurikulum dalam sekolah serta kaitannya dengan seting interaksi sosial yang mana berada dalam struktur sosial yang lebih luas.[5]
Faktor sosial merupakan faktor terbesar yang dapat menyebabkan perlunya dilakukan perubahan atau pengembangan kurikulum baik Pada tingkat makro maupun mikro. Kondisi sosial budaya masyarakat yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman mengharuskan para praktisi dan pemerhati pendidikan melakukan inovasi agar para peserta didik selalu mampu bersaing dalam berbagai bidang. Jika dalam perjalanan pendidikan di Indonesia telah beberapa kali dilakukan perubahan kurikulum, maka ini merupakan hal yang wajar apabila dihadapkan pada persoalan persaingan global yang demikian pesat.
Persaingan dalam bidang teknologi informasi merupakan tantangan yang nyata sehingga perlu diimbangi dengan inovasi dalam bibdang pendidikan. Tujuan kurikulum saat ini berbeda jauh dengan tujuan kurikulum pada zaman pemerintah kolonial belanda. Pada masa penajajahan, kurikulum bertujuan untuk mencetak tenaga-tenaga terampil untuk dipekerjakan di perusahaan-perusahaan milik Belanda. Materi pelajaran disekolah hanya difokuskan pada pelajaran menulis, membaca dan berhitung. Setelah Bangsa Indonesia merdeka kemudian dilakukan perubahan-perubahan hingga pada saat ini. Ini membuktikan bahwa aspek sosiologi merupakan asas mendasar dalam melakukan pengembangan kurikulum.
4.      Asas Organisatoris
Asas organisatoris adalah asas yang berkaitan dengan bagaimana bentuk bahan pelajaran itu akan disampaikan kepada peserta didik. Bentuk yang dimaksud adalah apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan.[6] Dengan melihat kedua bentuk ini pada dasarnya pertanyaan untuk sebuah kurikulum itu bukan terfokus pada baik atau tidak baik, tetpi lebih mengarah pada relevansi antara bentuk materi yang disampaikan dengan tujuan yang akan dicapai.
Berkaitan dengan bentuk materi pelajaran yang diajarkan, Secara umum ada dua macam bentuk kurikulum yang dapat dipilih sesuai dengan sikap serta pendirian seseorang tentang pendidikan. Pertama, Kurikulum Tradisional; yakni bentuk kurikulum yang ingin mempertahankan bentuk lama meskipun berada pada kondisi yang berbeda dengan sebelumnya. Kedua, Kurikulum Progresfif; yakni kurikulum yang selalu melakukan perubahan sejalan dengan keadaan zaman.







B.     LANDASAN FILOSOFIS
Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakahbependidikan itu ? Mengapa pendidikan itu diperlukan ? Apa yang seharusnya menjadi tujuanya, dan sebagainya.
 Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasaYunani,philien berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan. Cinta berarti hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati (Soetriono dan Rita Hanafi, 2007: 20).
Pengembangan kurikulum  perlu menentukan filosofi   tertentu untuk  menyelaraskan berbagai  kepentingan sesuai harapan masyarakat.Masyarakat sekarang menuntut standar kualitas yang tinggi dalam pendidikan.Standar ini mencakup kompetensi yang seimbang dalam kecerdasan atau logika,moral dan akhlak mulia atau etika,seni keindahan atau estetika,serta kekuatan  dan kesehatan jasmani atau kinestetika.)[7]
Pemahaman terhadap sejarah perkembangan kurikulum yang berlaku di masing masing lokasi,dapat  membantu untuk menentukan prioritas filosofi mana yang akan di tentukan dalam menyeleksi materi pelajaran.)[8]



C.     ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK)
1.      Pengertian IPTEK 
IPTEK adalah akronim dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dimana dari akronim tersebut mempunyai artinya sendiri, baik Ilmu, Pengetahuan, maupun Teknologi. Ilmu dapatlah dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai paradigma etika.
Ilmu dipandang sebagai proses karena ilmu merupakan hasil dari kegiatan sosial, yang berusaha memahami alam, manusia dan perilakuknya baik secara individu atau kelompok.
a.       Ilmu sebagai produk artinya ilmu diperoleh dari hasil metode keilmuan yang diakui secara umum dan sifatnya yang universal. Oleh karena itu ilmu dapat diuji kebenarannya, sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan suatu saat dapat ditumbangkan oleh teori lain.
b.      Ilmu sebagai paradigma ilmu, karena ilmu selain universal, komunal, juga alat meyakinkan sekaligus dapat skeptis, tidak begitu saja mudah menerima kebenaran.
2.      Perkembangan IPTEK pada saat ini
Perkembangan dunia iptek yang demikian pesatnya telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem kerja robotis telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan pembesaran dan percepatan yang menakjubkan.
3.      Dampak Positif dan Dampak Negatif dari Perkembangan Teknologi
Dilihat dari berbagai bidang :
a.       Bidang Informasi dan komunikasi
Dalam bidang informasi dan komunikasi telah terjadi kemajuan yang sangat pesat. Dari kemajuan dapat kita rasakan dampak positipnya antara lain:
1)      Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan terbaru di bumi bagian manapun melalui  internet
2)      Kita dapat berkomunikasi dengan teman, maupun keluarga yang sangat jauh hanya dengan melalui handphone
3)      Kita mendapatkan layanan bank yang dengan sangat mudah dan lain-lain. Disamping keuntungan-keuntungan yang kita peroleh ternyata kemajuan kemajuan teknologi tersebut dimanfaatkan juga untuk hal-hal yang negatif, antara lain:
a)    Pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan teroris (Kompas)
b)   Penggunaan informasi tertentu dan situs tertentu yang terdapat di internet yang bisa disalahgunakan fihak tertentu untuk tujuan tertentu
c)    Kerahasiaan alat tes semakin terancam Melalui internet kita dapat memperoleh informasi tentang tes psikologi, dan bahkan dapat memperoleh layanan tes psikologi secara langsung dari internet.
d)   Kecemasan teknologi, selain itu ada kecemasan skala kecil akibat teknologi komputer. Kerusakan komputer karena terserang virus, kehilangan berbagai file penting dalam komputer inilah beberapa contoh stres yang terjadi karena teknologi. Rusaknya modem internet karena disambar petir.
b.      Bidang Ekonomi dan Industri
Dalam bidang ekonomi teknologi berkembang sangat pesat. Dari kemajuan teknologi dapat kita rasakan manfaat positifnya antara lain:
1)      Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi
2)      Terjadinya industrialisasi
3)      Produktifitas dunia industri semakin meningkat. Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada aspek jenis produksi
4)      Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki. Kecenderungan perkembangan teknologi dan ekonomi, akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan.
5)      Di bidang kedokteran dan kemajauan ekonomi mampu menjadikan produk kedokteran menjadi komoditi
c.       Bidang Sosial dan Budaya
Akibat kemajuan teknologi bisa kita lihat
1)      Perbedaan kepribadian pria dan wanita
2)      Meningkatnya rasa percaya diri. Kemajuan ekonomi di negara-negara Asia melahirkan fenomena yang menarik.
3)      Tekanan, kompetisi yang tajam di pelbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi globalisasi, akan melahirkan generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras.
d.      Bidang Pendidikan
Teknologi mempunyai peran yang sangat penting dalam bidang pendidikan antara lain:
1)      Munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan. Dampak dari hal ini adalah guru bukannya satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.
2)      Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Dengan kemajuan teknologi terciptalah metode-metode baru yang membuat siswa mampu memahami materi-materi yang abstrak, karena materi tersebut dengan bantuan teknologi bisa dibuat kongret.
3)      Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka Dengan kemajuan teknologi proses pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan guru, tetapi bisa juga menggunakan jasa pos internet dan lain-lain.
e.       Bidang politik
Beberapa dampak yang dapat ditimbulkan dalam bidang politik :
1)      Timbulnya kelas menengah baru Pertumbuhan teknologi dan ekonomi di kawasan ini akan mendorong munculnya kelas menengah baru. Kemampuan, keterampilan serta gaya hidup mereka sudah tidak banyak berbeda dengan kelas menengah di negara-negera Barat. Dapat diramalkan, kelas menengah baru ini akan menjadi pelopor untuk menuntut kebebasan politik dan kebebasan berpendapat yang lebih besar.
2)      Proses regenerasi kepemimpinan. Sudah barang tentu peralihan generasi kepemimpinan ini akan berdampak dalam gaya dan substansi politik yang diterapkan. Nafas kebebasan dan persamaan semakin kental.
3)      Di bidang politik internasional, juga terdapat kecenderungan tumbuh berkembangnya regionalisme. Kemajuan di bidang teknologi komunikasi telah menghasilkan kesadaran regionalisme. Ditambah dengan kemajuan di bidang teknologi transportasi telah menyebabkan meningkatnya kesadaran tersebut. Kesadaran itu akan terwujud dalam bidang kerjasama ekonomi, sehingga regionalisme akan melahirkan kekuatan ekonomi baru.















KESIMPULAN

Dalam rangka upaya mencapai tujuan pendidikan sangat penting rumusan kurikulum yang jelas dan realistis, dalam arti kurikulum yang digunakan benar-benar dapat menjadi alat untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu dalam perumusan dan pengembangan kurikulum harus selalu mempertimbangkan asas-asas kurikulum serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam rangka meningkatkan SDM bangsa, maka kurikulum memegang peranan yang sangat besar karena SDM akan terbentuk dari hasil pendidikan dan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Dengan demikian pengembangan kurikulum harus diupayakan agar  dapat menyesuaikan dan memenuhi kebutuhan terutama di dunia kerja.
Selain harus mempertimbangkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor agama, sosial budaya, serta lingkungan juga harus menjadi pertimbangan, agar hasil yang diperoleh dari pendidikan benar-benar dapat bersaing dalam kegiatan pembangunan dan keilmuan tanpa mengabaikan agama serta lingkungan dan budaya bangsa.














DAFTAR PUSTAKA

Nasution,s.,  Asas-Asas Kurikulum, Cet. XII, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Ahmadi, Abu, dan Widodo Supriyono, psikologi Belajar, Cet. II, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Dakir (1993), http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/, (20 Februari 2017)


Hidayat, Rakhmat, Pengantar Sosiologi Kurikulum, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Yulaelawati, Ella, Kurikulum dan pembelajaran, Filosofi Teori dan Aplikasi, Pakar Raya, 2007.

Ulfatin, Nurul, dan Teguh Triwiyanto, Jakarta: Raja Grafindo, 2006.






                           






[1] S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Cet. XII ( Jakarta: Bumi Aksara, 2014) h. 22
[2] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, psikologi Belajar, Cet. II (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 1
[3] Dakir (1993), http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/, diunduh tanggal 20 Februari 2017

[4]Mamin Suparmin, Makna psikologi Perkembangan Peserta Didik, http://download.portalgaruda.org/article.php?article=57498&val=1412&title=MAKNA%20PSIKOLOGI%20PERKEMBANGAN%20PESERTA%20DIDIK, diunduh tanggal 20 Februari 2017

[5] Rakhmat Hidayat, Pengantar Sosiologi Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 52
[6] S. Nasution, ed., Asas-Asas …, h. 14
[7] Ella Yulaelawati,  Kurikulum dan pembelajaran, Filosofi Teori dan Aplikasi, (Pakar Raya, 2007), h. 5
[8] Ibid, h. 9

Tidak ada komentar: