A. Asas
Pengembangan Kurikulum
Dikembangkannya
kurikulum di sekolah memiliki tujuan pokok yakni bagaimana anak didik bisa
belajar dengan baik. Oleh sebab itu dalam mengembangkan kurikulum harus
mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan peserta didik secara
langsung. Selain itu dalam mengembangkan kurikulkum juga perlu mempertimbangkan
faktor-faktor lain, karena sebagaimana disebutkan dalam undang-undang
pendidikan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yang pada akhirnya dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.
Artinya bahwa
sasaran yang ingin dicapai bukan hanya sebatas pada keberhasilan
anak didik dalam berprestasi secara akademik, tetapi juga diharapkan berdampak
positif bagi masyarakat sebagai bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berkaitan dengan hal
tersebut, terdapat beberapa asas dalam mengembangkan kurikulum sebagai berikut:
1.
Asas Filosofis
Asas filosofis ini
merupakan asas yang paling mendasar karena berkaitan dengan falsafah hidup
suatu bangsa. Asas ini akan mengarahkan pada tujuan sebuah kurikulum yang
tentunya harus sejalan dengan filsafat yang dianut oleh suatu negara. Perbedaan
falsafah yang dianut oleh sebuah negara akan menyebabkan berbedanya muatan
serta tujuan kurikulum yang diterapkan dalam melaksanakan pendidikan. [1]
Indonesia adalah negara
demokrasai dengan pancasila sebagai falsafah hidupnya. Pancasila adalah dasar
negara yang didalamnya disepakati telah memuat semua tata aturan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum pendidikan
di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan pancasila sebagai falsafah hidup
bangsa Indonesia. Asas filosofis ini sangat penting artinya karena berkaitan
langsung dengan perumusan tujuan pendidikan, sehingga dalam merumuskan dan
mengembangkan kurikulum harus benar-benar menjadi pertimbangan.
Asas filosofis ini juga
menjadi sangat penting artinya dalam mengembangkan sebuah kurikulum, karena
menyangkut tentang pemikiran-pemikiran mendalam untuk merumuskan bagaimana
sebuah kurikulum itu dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan
pembelajaran. Oleh sebab itu semua aspek yang ada hubungannya dengan pencapaian
tujuan pendidikan harus difikirkan secara matang dan mendalam baik pada tahap
pengembangan kurikulum pada level pengambilan kebijakan, maupun pada
pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh sekolah pada tingkat satuan
pendidikan.
2.
Asas Psikologis
Secara etimologi,
psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai
macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.[2]
Psikologi dapat
diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam hubungan dengan lingkungan.[3]
Peserta didik merupakan individu yang sedang
berada dalam proses perkembangan (fisik, intelektual, social emosional, moral,
dan sebagainya). Tugas utama seorang guru sebagai pendidik adalah membantu
untuk mengoptimalkan perkembangan peserta didiknya berdasarkan tugas–tugas
perkembangannya. Dengan menerapkan landasan psikologi dalam proses pengembangan
kurikulum diharapkan dapat diupayakan pendidikan yang dilaksanakan relevan
dengan hakikat peserta didik, baik penyesuaian dari segi materi/bahan yang
harus diberikan/dipelajari peserta didik, maupun dari segi penyampaian dan
proses belajar serta penyesuaian dari unsur–unsur upaya pendidikan lainnya.
Pada dasarnya terdapat dua cabang ilmu psikologi
yang berkaitan erat dalam proses pengembangan kurikulum, yaitu psikologi
anak di dalamnya meliputi perkembangan anak, dan psikologi
belajar. Psikologi perkembangan, adalah ilmu yang mengkaji
tentang perkembangan tingkah laku dan aktivitas mental manusia sepanjang
rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi hingga meninggal dunia.[4]
Dalam psikologi
perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan,
aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal
lainnya yang berhubungan dengan perkembangan individu, yang semuanya dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan
teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam
belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus
mendasari pengembangan kurikulum.
Karakteristik perilaku tiap individu pada tiap
tingkat perkembangan merupakan kajian yang terdapat dalam cabang psikologi
perkembangan. Oleh sebab itu, dalam pengembangan kurikulum yang
senantiasa berhubungan dengan program pendidikan untuk kepentingan peserta
didik, maka landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam proses
pengembangan kurikulum. Perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada
umumnya diperoleh melalui proses belajar. Guru sebagai pendidik harus
mengupayakan cara/metode yang lebih baik untuk melaksanakan proses pembelajaran
guna mendapatkan hasil yang optimal, dalam hal ini proses pembelajaran mutlak
diperlukan pemikiran yang mendalam dengan memperhatikan psikologi belajar.
3.
Asas Sosiologis
Jika dilihat hubungan
antara Pendidikan dengan sosiologi, maka pendidikan adalah sebuah proses
mempersiapkan peserta didik agar mampu hidup ditengah-tengah masyarakat dengan
berbagai persoalan yang komplek. Oleh karena itu pertimbangan sosiologi merupakan
dasar pemikiran yang sangat penting dalam mengembangkan kurikulum. Peserta
didik adalah anggota masyarakat yang pada saatnya nanti akan kembali ke tengah
masyarakat. Apa saja yang diperoleh peserta didik dalam pendidikannya sangat bergantung
dari bagaimana kurikulum yang digunakan.
Berkaitan dengan asas
sosiologis dalam pengembangan kurikulum, para ahli telah banyak membahas
mengenai Sosiologi kurikulum secara khusus. Michael F.D. Young pada awal tahun
1970-an mendefinisikan sosiologi kurikulum sebagai sebuah kerja intelektual
untuk mengaktifkan prinsip-prinsip, seleksi dan pengorganisasian kurikulum
dalam sekolah serta kaitannya dengan seting interaksi sosial yang mana berada
dalam struktur sosial yang lebih luas.[5]
Faktor sosial merupakan
faktor terbesar yang dapat menyebabkan perlunya dilakukan perubahan atau
pengembangan kurikulum baik Pada tingkat makro maupun mikro. Kondisi sosial
budaya masyarakat yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman mengharuskan
para praktisi dan pemerhati pendidikan melakukan inovasi agar para peserta
didik selalu mampu bersaing dalam berbagai bidang. Jika dalam perjalanan
pendidikan di Indonesia telah beberapa kali dilakukan perubahan kurikulum, maka
ini merupakan hal yang wajar apabila dihadapkan pada persoalan persaingan
global yang demikian pesat.
Persaingan dalam bidang
teknologi informasi merupakan tantangan yang nyata sehingga perlu diimbangi
dengan inovasi dalam bibdang pendidikan. Tujuan kurikulum saat ini berbeda jauh
dengan tujuan kurikulum pada zaman pemerintah kolonial belanda. Pada masa
penajajahan, kurikulum bertujuan untuk mencetak tenaga-tenaga terampil untuk
dipekerjakan di perusahaan-perusahaan milik Belanda. Materi pelajaran disekolah
hanya difokuskan pada pelajaran menulis, membaca dan berhitung. Setelah Bangsa
Indonesia merdeka kemudian dilakukan perubahan-perubahan hingga pada saat ini.
Ini membuktikan bahwa aspek sosiologi merupakan asas mendasar dalam melakukan
pengembangan kurikulum.
4.
Asas Organisatoris
Asas organisatoris
adalah asas yang berkaitan dengan bagaimana bentuk bahan pelajaran itu akan
disampaikan kepada peserta didik. Bentuk yang dimaksud adalah apakah dalam
bentuk mata pelajaran yang terpisah ataukah diusahakan adanya hubungan antara
pelajaran yang diberikan.[6]
Dengan melihat kedua bentuk ini pada dasarnya pertanyaan untuk sebuah kurikulum
itu bukan terfokus pada baik atau tidak baik, tetpi lebih mengarah pada
relevansi antara bentuk materi yang disampaikan dengan tujuan yang akan
dicapai.
Berkaitan dengan bentuk
materi pelajaran yang diajarkan, Secara umum ada dua macam bentuk kurikulum
yang dapat dipilih sesuai dengan sikap serta pendirian seseorang tentang
pendidikan. Pertama, Kurikulum Tradisional; yakni bentuk kurikulum yang ingin
mempertahankan bentuk lama meskipun berada pada kondisi yang berbeda dengan
sebelumnya. Kedua, Kurikulum Progresfif; yakni kurikulum yang selalu melakukan
perubahan sejalan dengan keadaan zaman.
B. LANDASAN FILOSOFIS
Pengertian Landasan Filosofis
Landasan
filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan,
menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai,
hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Landasan
filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakahbependidikan itu ? Mengapa pendidikan
itu diperlukan ? Apa yang seharusnya menjadi tujuanya, dan sebagainya.
Landasan filosofis adalah landasan yang
berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah). Kata filsafat (philosophy)
bersumber dari bahasaYunani,philien berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan.
Cinta berarti hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang
sungguh-sungguh. Kebijaksanaaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang
sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh
akan kebenaran sejati (Soetriono dan Rita Hanafi, 2007: 20).
Pengembangan kurikulum
perlu menentukan filosofi
tertentu untuk menyelaraskan
berbagai kepentingan sesuai harapan
masyarakat.Masyarakat sekarang menuntut standar kualitas yang tinggi dalam
pendidikan.Standar ini mencakup kompetensi yang seimbang dalam kecerdasan atau
logika,moral dan akhlak mulia atau etika,seni keindahan atau estetika,serta
kekuatan dan kesehatan jasmani atau
kinestetika.)[7]
Pemahaman
terhadap sejarah perkembangan kurikulum yang berlaku di masing masing
lokasi,dapat membantu untuk menentukan
prioritas filosofi mana yang akan di tentukan dalam menyeleksi materi
pelajaran.)[8]
C.
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK)
1. Pengertian IPTEK
IPTEK
adalah akronim dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dimana dari akronim
tersebut mempunyai artinya sendiri, baik Ilmu, Pengetahuan, maupun Teknologi. Ilmu dapatlah
dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai paradigma etika.
Ilmu
dipandang sebagai proses karena
ilmu merupakan hasil dari kegiatan sosial, yang berusaha memahami alam, manusia
dan perilakuknya baik secara individu atau kelompok.
a. Ilmu sebagai produk artinya ilmu diperoleh dari
hasil metode keilmuan yang diakui secara umum dan sifatnya yang universal. Oleh
karena itu ilmu dapat diuji kebenarannya, sehingga tidak mustahil suatu teori
yang sudah mapan suatu saat dapat ditumbangkan oleh teori lain.
b. Ilmu sebagai paradigma ilmu, karena ilmu selain universal,
komunal, juga alat meyakinkan sekaligus dapat skeptis, tidak begitu saja mudah
menerima kebenaran.
2.
Perkembangan
IPTEK pada saat ini
Perkembangan dunia iptek yang
demikian pesatnya telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat
manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup
besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis.
Sistem kerja robotis telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan
pembesaran dan percepatan yang menakjubkan.
3.
Dampak
Positif dan Dampak Negatif dari Perkembangan Teknologi
Dilihat dari berbagai bidang :
a. Bidang Informasi dan komunikasi
Dalam bidang informasi dan
komunikasi telah terjadi kemajuan yang sangat pesat. Dari kemajuan dapat kita
rasakan dampak positipnya antara lain:
1) Kita akan lebih cepat mendapatkan
informasi-informasi yang akurat dan terbaru di bumi bagian manapun
melalui internet
2) Kita dapat berkomunikasi dengan
teman, maupun keluarga yang sangat jauh hanya dengan melalui handphone
3) Kita mendapatkan layanan bank yang
dengan sangat mudah dan lain-lain. Disamping keuntungan-keuntungan yang kita
peroleh ternyata kemajuan kemajuan teknologi tersebut dimanfaatkan juga untuk
hal-hal yang negatif, antara lain:
a) Pemanfaatan jasa komunikasi oleh
jaringan teroris (Kompas)
b) Penggunaan informasi tertentu dan
situs tertentu yang terdapat di internet yang bisa disalahgunakan fihak
tertentu untuk tujuan tertentu
c) Kerahasiaan alat tes semakin
terancam Melalui internet kita dapat memperoleh informasi tentang tes
psikologi, dan bahkan dapat memperoleh layanan tes psikologi secara langsung
dari internet.
d) Kecemasan teknologi, selain itu ada
kecemasan skala kecil akibat teknologi komputer. Kerusakan komputer karena
terserang virus, kehilangan berbagai file penting dalam komputer inilah
beberapa contoh stres yang terjadi karena teknologi. Rusaknya modem internet
karena disambar petir.
b. Bidang Ekonomi dan Industri
Dalam bidang ekonomi teknologi
berkembang sangat pesat. Dari kemajuan teknologi dapat kita rasakan manfaat
positifnya antara lain:
1) Pertumbuhan ekonomi yang semakin
tinggi
2) Terjadinya industrialisasi
3) Produktifitas dunia industri semakin
meningkat. Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas dunia
industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada aspek jenis produksi
4) Persaingan dalam dunia kerja
sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan yang
dimiliki. Kecenderungan perkembangan teknologi dan ekonomi, akan berdampak pada
penyerapan tenaga kerja dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan.
5) Di bidang kedokteran dan kemajauan
ekonomi mampu menjadikan produk kedokteran menjadi komoditi
c. Bidang Sosial dan Budaya
Akibat kemajuan teknologi bisa kita lihat
1) Perbedaan kepribadian pria dan
wanita
2) Meningkatnya rasa percaya diri.
Kemajuan ekonomi di negara-negara Asia melahirkan fenomena yang menarik.
3) Tekanan, kompetisi yang tajam di
pelbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi globalisasi, akan melahirkan
generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras.
d. Bidang Pendidikan
Teknologi mempunyai peran yang sangat penting dalam bidang
pendidikan antara lain:
1) Munculnya media massa, khususnya
media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan. Dampak dari hal ini
adalah guru bukannya satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.
2) Munculnya metode-metode pembelajaran
yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Dengan
kemajuan teknologi terciptalah metode-metode baru yang membuat siswa mampu
memahami materi-materi yang abstrak, karena materi tersebut dengan bantuan
teknologi bisa dibuat kongret.
3) Sistem pembelajaran tidak harus
melalui tatap muka Dengan kemajuan teknologi proses pembelajaran tidak harus
mempertemukan siswa dengan guru, tetapi bisa juga menggunakan jasa pos internet
dan lain-lain.
e. Bidang politik
Beberapa dampak yang dapat
ditimbulkan dalam bidang politik :
1) Timbulnya kelas menengah baru Pertumbuhan
teknologi dan ekonomi di kawasan ini akan mendorong munculnya kelas menengah
baru. Kemampuan, keterampilan serta gaya hidup mereka sudah tidak banyak
berbeda dengan kelas menengah di negara-negera Barat. Dapat diramalkan, kelas
menengah baru ini akan menjadi pelopor untuk menuntut kebebasan politik dan
kebebasan berpendapat yang lebih besar.
2) Proses regenerasi kepemimpinan. Sudah
barang tentu peralihan generasi kepemimpinan ini akan berdampak dalam gaya dan
substansi politik yang diterapkan. Nafas kebebasan dan persamaan semakin
kental.
3) Di bidang politik internasional,
juga terdapat kecenderungan tumbuh berkembangnya regionalisme. Kemajuan di
bidang teknologi komunikasi telah menghasilkan kesadaran regionalisme. Ditambah
dengan kemajuan di bidang teknologi transportasi telah menyebabkan meningkatnya
kesadaran tersebut. Kesadaran itu akan terwujud dalam bidang kerjasama ekonomi,
sehingga regionalisme akan melahirkan kekuatan ekonomi baru.
KESIMPULAN
Dalam rangka upaya mencapai tujuan
pendidikan sangat penting rumusan kurikulum yang jelas dan realistis, dalam
arti kurikulum yang digunakan benar-benar dapat menjadi alat untuk mencapai
tujuan. Oleh sebab itu dalam perumusan dan pengembangan kurikulum harus selalu
mempertimbangkan asas-asas kurikulum serta kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Dalam rangka meningkatkan SDM
bangsa, maka kurikulum memegang peranan yang sangat besar karena SDM akan
terbentuk dari hasil pendidikan dan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.
Dengan demikian pengembangan kurikulum harus diupayakan agar dapat menyesuaikan dan memenuhi kebutuhan
terutama di dunia kerja.
Selain harus mempertimbangkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor agama, sosial budaya, serta
lingkungan juga harus menjadi pertimbangan, agar hasil yang diperoleh dari
pendidikan benar-benar dapat bersaing dalam kegiatan pembangunan dan keilmuan
tanpa mengabaikan agama serta lingkungan dan budaya bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution,s., Asas-Asas
Kurikulum, Cet. XII, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Ahmadi, Abu, dan
Widodo Supriyono, psikologi Belajar,
Cet. II, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Suparmin,
Mamin, Makna psikologi Perkembangan
Peserta Didik, http://download.portalgaruda.org/article.php?article=57498&val=1412&title=MAKNA%20PSIKOLOGI%20PERKEMBANGAN%20PESERTA%20DIDIK, (20 Februari
2017)
Hidayat, Rakhmat,
Pengantar Sosiologi Kurikulum, Jakarta:
Rajawali Pers, 2011.
Yulaelawati, Ella,
Kurikulum dan pembelajaran, Filosofi
Teori dan Aplikasi, Pakar Raya, 2007.
Ulfatin, Nurul,
dan Teguh Triwiyanto, Jakarta: Raja Grafindo, 2006.
[2] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, psikologi Belajar, Cet. II (Jakarta:
Rineka Cipta, 2004), h. 1
[3] Dakir (1993), http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/, diunduh tanggal 20 Februari 2017
[4]Mamin Suparmin, Makna psikologi Perkembangan Peserta Didik, http://download.portalgaruda.org/article.php?article=57498&val=1412&title=MAKNA%20PSIKOLOGI%20PERKEMBANGAN%20PESERTA%20DIDIK, diunduh
tanggal 20 Februari 2017
[7] Ella
Yulaelawati, Kurikulum dan pembelajaran, Filosofi Teori dan Aplikasi, (Pakar
Raya, 2007), h. 5
[8] Ibid, h. 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar